Kebutuhan Koordinasi Dalam Organisasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang KEBUTUHAN
KOORDINASI DALAM ORGANISASI
ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu SITI AESAH selaku
Dosen mata kuliah PENGANTAR ILMU MANAJEMEN yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai koordinasi dalam organisasi,
dan juga bagaimana berkoordinasi yang efektif dalam organisasi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Pamulang,
April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG................................................................................
1
B. TUJUAN......................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
3
A. PENGERTIAN KOORDINASI.................................................................
3
B. TUJUAN KOORDINASI...........................................................................
5
C. JENIS KOORDINASI................................................................................
6
D. PRINSIP KOORDINASI...........................................................................
8
E. MASALAH – MASALAH PENCAPAIAN
KOORDINASI
YANG EFEKTIF....................................................................................... 11
YANG EFEKTIF....................................................................................... 11
F. PENDEKATAN – PENDEKATAN UNTUK
MENCAPAI
KOORDINASI YANG EFEKTIF............................................................ 12
KOORDINASI YANG EFEKTIF............................................................ 12
BAB III PEBUTUP................................................................................................
16
A. KESIMPULAN..........................................................................................
16
B. SARAN.......................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Koordinasi
merupakan salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan sama penting dan
setara dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya, kesuksesan koordinasi akan
menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan atau pencapaian tujuan organisasi.
Untuk itu perlu pemahaman yang mendalam tentang konsep koordinasi yang meliputi
pengertian koordinasi, tujuan koordinasi, tipe koordinasi dan prinsip-prinsip
koordinasi. Pemahaman yang baik atas koordinasi memungkinkan kita mampu dapat
merencanakan dan melaksanakan koordinasi dengan baik.
Koordinasi
kata yang sering terucap, gampang diucapkan tapi tidak mudah dilakukan. Tidak
sedikit permasalah yang terjadi disebabkan oleh koordinasi, ketika kegiatan
tidak berjalan dengan baik atau hasil dari pekerjaan tidak sesuai dengan
harapan, sering kita dengar seseorang mengucapkan “bagaimana sih koordinasinya?”,
“kurang koordinasi ni!”, atau terucap kalimat lain yang menggambarkan masalah
yang terjadi disebabkan karena koordinasi yang tidak baik. Bagi penulis yang
bertugas di pendidikan dan pelatihan seringkali menemui peristiwa-peristiwa
yang disebabkan oleh koordinasi yang tidak baik, misalnya ruang kelas yang
masih berantakan padahal kelas akan digunakan, pengajar yang tidak datang
dikelas, pengajar yang masuk kelas saat ada pengajar lain sedang mengajar, dan
masih banyak kejadian lainnya yang terlalu banyak untuk diceritakan.Kami yakin
jika koordinasi dilakukan dengan baik, peristiwa-peristiwa tersebut tidak akan
terjadi.
B.
TUJUAN
Untuk
dapat melaksanakan koordinasi dengan baik, kita harus memahami beberapa hal
yang terkait dengan koordinasi antara lain pengertian, pedoman, tipe,
halangan-halangan, prinsip-prinsip, dan cara mengatasi masalah koordinasi.
Karena cukup banyak hal yang harus dipahami.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KOORDINASI
Koordinasi
(coordination) Adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.
Pengertian Koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak
yang sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau
menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan
keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan tugas dan
keberhasilan pihak yang lainnya. Sementara pada sisi lain yang satu langsung
atau tidak langsung mendukung pihak yang lain.
Menurut James G March dan Herben A
Simon, Pengertian Koordinasiadalah suatu proses untuk mencapai
kesatuan tindakan di antara kegiatan yang saling bergantungan.
Pengertian Koordinasi menurut Terry, Koordinasi adalah
suatu sinkronisasi yang tertib dalam upaya untuk memberikan jumlah yang tepat,
waktu dan mengarahkan pelaksanaan yang mengakibatkan harmonis dan tindakan
terpadu untuk tujuan lain. Pandangan mengenai koordinasi ini menarik perbedaan
antara koordinasi dengan kerja sama. Kerja sama diartikan sebagai aksi kolektif
satu orang dengan yang lain atau orang lain menuju tujuan bersama.
Jika dilihat dari sudut normatifnya, maka koordianasi
diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyelaraskan, menyerasikan
dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda, agar nantinya
semua terarah pada pencapaian tujuan tertentu pada waktu yang telah ditetapkan.
Dari sudut fungsionalnya, koordinasi dilakukan guna mengurangi dampak negatif
spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja.
Dari pengertian koordinasi yang diungkapkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Pengertian Koordinasi adalah proses
penyepakatan bersama yang mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang
berbeda-beda sedemikian rupa, sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau
unsur tersebut terarah pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan
di sisi lain keberhasilan kegiatan yang satu tidak merusak keberhasilan
kegiatan yang lain.
Kebutuhan
Akan Koordinasi
Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin (
atasan ) dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah
bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang
manajemen.Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab tanpa
koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti,
sehingga akan merugikan organisasi itu sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian
seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap
departemen atau perusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi
merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu
serasi,selaras dan seimbang.Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari
tiap satuan pelaksanaan.
Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah
bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara
rentang manajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa
semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan
bawahansecara efektif.
B.
TUJUAN
KOORDINASI
Tujuan
koordinasi sebagai berikut :
1.
Tujuan
koordinasi untuk menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi
mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan keseimbangan antara
berbagai kegiatan dependen suatu organisasi.
2.
Tujuan
koordinasi untuk mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tingginya
di setiap kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan.
3.
Tujuan
koordinasi untuk menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling
responsif-antisipatif di kalangan unit kerja interdependen dan independen yang
berbeda-beda, agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak dirusak oleh
keberhasilan unit kerja yang lainnya, melalui jaringan informasi dan komunikasi
efektif.
Menurut James D.Thompson, ada tiga macam saling
ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled
interdependent), bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung
satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung
kepada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk
suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential
interdependent), dimana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaan
terlebih dahulu sebelum satuan yang lain bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciporal
interdependent) merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan
organisasi.
Adanya saling ketergantungan ini menyebabkan koordinasi
sangat diperlukan dalam mengintegrasi kinerja setiap unit. Peran koordinasi
dalam hal ini adalah berupaya membuat struktur dan memfasilitasi transaksi
antar bagian yang saling bergantung. Terciptanya koordinasi yang baik antar
unit atau departemen dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan konflik
sehingga proses kegiatan dapat berjalan dengan efektif.
Sehingga dapat disimpulkan koordinasi bertujuan
meliputi:
1.
Menghindari
kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran
2.
Mengarahkan
dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran
organisasi.
3.
Menghindari
kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan
4.
Menghindari
keterampilan overlanding dari sasaran organisasi
5.
Menjuruskan
keterampilan spesialis ke arah sasaran oraganisasi
6.
Mengintegrasikan
tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran organisasi
C. JENIS KOORDINASI
Menurut
Drs. Soewarno Handayaningrat (1991) jenis koordinasi ada 2 (dua) yaitu :
Koordinasi intern dan Koordinasi ekstern.
1.
Koordinasi
intern terdiri atas : koordinasi vertikal, koordinasi horizontal, dan
koordinasi diagonal.
·
Koordinasi
vertikal atau koordinasi struktural, dimana antara yang mengkoordinasikan
secara struktural terdapat hubungan hierarchies. Hal ini juga dapat dikatakan
koordinasi yang bersifat hierarkhis, karena satu dengan lainnya berada
pada satu garis komando (line of command). Misalnya koordinasi yang dilakukan
oleh seorang kepela direktorat terhadap para kepala sub direktorat yang berada
dalam lingkungan direktoratnya.
·
Koordinasi
horizontal yaitu koordinasi fungsional, dimana kedudukan antara yang
mengkooordinasikan dan yang dikoordinasikan mempunyai kedudukan setingkatnya
eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya kedua mempunyai kaitan satu dengan yang
lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Misalnya koordinasi yang dilakukan
oleh Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dengan para kepala
pusdiklat dilingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK).
·
Koordinasi
diagonal yaitu koordinasi fungsional, dimana yang mengkoordinasikan mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi tingkat eselonnya dibandingkan yang
dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada suatu garis
komando (line of command). Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala
pusdiklat pengembangan sumberdaya manusia dengan para kepala balai diklat
keuangan BPPK.
2. Koordinasi ekstern, termasuk
koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional,
koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.
·
Koordinasi
ekstern yang bersifat horizontal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh
kepala pusdiklat pengembangan sumberdaya manusia BPPK dengan Direktur Kepatuhan
Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA) Direktorat Jenderal
Pajak Kementerian Keuangan dalam rangka pelaksanaan Leadership Development
Program.
·
Koordinasi
ekstern yang bersifat diagonal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala
Pusdiklat Pengembangan Sumberdaya Manusia dengan kepala kantor pelayanan Bea
dan Cukai dalam rangka pelaksanaan in house training.
D.
PRINSIP
KOORDINASI
Dalam
pelaksanaan proyek perubahan pasti membutuhkan koordinasi, untuk itu kita perlu
memahami terlebih dahulu prinsip koordinasi yang merupakan acuan atau dasar
dalam melaksanakan koordinasi. Penerapan prinsip koordinasi secara tepat dapat
mendukung terwujudnya proyek perubahan. Menurut para ahli terdapat beberapa
prinsip koordinasi, Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Komunikasi
Komunikasi
yang terjalin dalam rangka koordinasi harus menciptakan hubungan yang
produktif. Komunikasi dilakukan secara formal dan informal, komunikasi
organisasi dan individu, komunikasi eksternal dan internal. Hubungan yang
produktif hasil komunikasi yang efektif akan sangat membantu keberhasilan
proyek perubahan.
2. Integrasi
Integrasi
merupakan suatu usaha untuk menyatukan tindakan-tindakan berbagai badan,
instansi, unit, sehingga merupakan suatu kebulatan pemikiran dan kesatuan
tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah ditentukan dan disepakati
bersama. Dengan adanya integrasi, koordinasi dapat berjalan secara terarah di
semua level.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi
adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan kegiatan, tindakan, dan
unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan tugas atau kerja. Keserasian
dalam pelaksanaan tugas mampu mempermudah penerapan koordinasi di suatu organisasi.
4. Simplifikasi
Simplifikasi
dimaksudkan adalah bahwa perumusan organisasi yang ada harus mampu dijabarkan
secara sederhana, mudah dipahami oleh masing-masing unit organisasi.
Masing-masing unit akan mengkoordinasikan tentang tugas dan pelaksanaanya
kepada masing-masing bagian yang ada.
Prinsip
koordinasi lain menurut Mary Follet dalam studi manajemen klasik terdapat empat
prinsip, yaitu:
1.
Early
Stage
Berdasarkan
prinsip tahap awal, proses koordinasi harus dilakukan pada tahap awal proses
manajerial. Koordinasi harus dimulai sejak proses perencanaan sehingga dapat
menghasilkan perencanaan dan implementasi yang baik. Jika koordinasi selalu
dilakukan di awal maka semua fungsi manajemen yaitu planning, organizing,
actuating, dan controlling dapat terlaksana dengan baik. Selain itu dengan
proses koordinasi yang baik, tujuan organisasi dapat dicapai dengan lebih mudah
dan cepat.
2.
Continuity
Berdasarkan
prinsip kesinambungan, koordinasi merupakan sebuah proses yang berkelanjutan
atau berkesinambungan. Proses koordinasi dimulai sejak membentuk organisasi
sampai organisasi tersebut berjalan. Koordinasi selalu dilakukan secara
berkesinambungan dalam setiap proses planning, organizing, actuating, dan
controlling.
3.
Direct
contact
Berdasarkan
prinsip kontak langsung, proses koordinasi dapat berjalan dengan baik karena
adanya komunikasi langsung antara anggota organisasi. Seluruh manajer harus
mampu berkomunikasi langsung dengan baik dengan bawahannya sehingga tercipta
hubungan yang baik. Kontak langsung ini sangat penting untuk menghindari
kesalahpahaman, salah penafsiran, dan perselisihan antara manajer dan anggota
organisasi lainnya. Dengan demikian manajer dapat mengkoordinasi berbagai
aktivitas anggotanya secara efektif dan efisien.
4.
Reciprocal
relation
Prinsip
timbal baik menyatakan bahwa semua faktor dalam organisasi saling bergantung
dan berhubungan. Setiap keputusan dan tindakan seseorang di dalam organisasi
akan mempengaruhi situasi keseluruhan organisasi. Oleh karena itu, sebelum
mengambil keputusan atau melakukan tindakan harus mempertimbangkan efek yang
muncul pada orang lain atau departemen lain apabila keputusan atau tindakan
tersebut diterapkan. Dengan diterapkannya prinsip ini diharapkan manajer atau
anggota lainnya mengambil keputusan atau tindakan sepihak, sehingga koordinasi
dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Selanjutnya
para ahli manajemen modern menambahkan beberapa prinsip koordinasi untuk
melengkapi prinsip koordinasi yang diungkapkan oleh Mary Follet, yaitu:
1. Efective Communication
Koordinasi
dapat dilakukan dengan baik dengan adanya komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang baik harus diterapkan pada semua departemen dalam organisasi, antara para
pekerja, maupun manajer dengan bawahannya. Semua penghalang dan jarak dalam
berkomunikasi sebisa mungkin harus dihindari dan dibenahi. Komunikasi yang baik
membantu mengurangi kesalahpahaman sehingga koordinasi dapat berlangsung dengan
baik.
2. Mutual Respect
Koordinasi
dapat dilakukan dengan baik apabila ada rasa saling menghargai terhadap
keseluruhan organisasi. Semua manajer yang bekerja pada level yang berbeda
harus menghargai satu sama lain, begitu juga pekerja harus menunjukkan sikap
yang baik dan menghargai pekerja lain. Sikap saling menghargai juga harus
diterapkan pada hubungan antara manajer dan pekerja. Manajer harus menghargai
ide, perasaan, dan emosi para pekerjanya, sebaliknya pekerja harus menghargai
dan mematuhi keputusan manajer.
3. Clarity of Objective
Koordinasi
dapat diterapkan dengan baik apabila seluruh anggota organisasi mengetahui
dengan jelas tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Pemahaman yang
baik akan tujuan membuat anggota organisasi menyadari pentingnya koordinasi
sehingga koordinasi dapat berjalan secara efektif.
4. Scalar Chain
Koordinasi
dapat dilakukan dengan baik apabila terdapat garis kewenangan yang tersusun
dari tingkat atas sampai tingkat terendah dalam sturktur organisasi. Kewenangan
paling besar dimiliki oleh top manager dan kewenangan paling berada di first
line manager. First line manager harus melaporkan setiap aktivitas mereka
kepada manager, dengan begitu proses koordinasi dapat berjalan dengan baik.
E.
Masalah
– Masalah Pencapaian Koordinasi Yang Efektif
Empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara
bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi
menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
1.
Perbedaan
dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan
pandangan-pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan
organisasi yang baik.
2.
Perbedaan
dalam oriantasi waktu
Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus
dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan
pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3.
Perbedaan
dalam orientasi antar pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan
keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan
pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan
pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4.
Perbedaan
dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai
metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program
terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
F. Pendekatan – pendekatan untuk
mencapai koordinasi yang efektif
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan
informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Terdapat
tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :
1. Mekanisme Teknik Manajemen Dasar.
Rencana dan tujuan
sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan
prosedur-prosedur. Organisasi relatif tidak memerlukan peralatan koordinasi
lebih dari teknik-teknik tersebut.
a.
Aturan dan prosedur.
Merupakan
keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian
rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan
pengawasan rutin.
b.
Rencana dan penetapan tujuan.
Untuk pengembangannya
dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi
terhadap sasaran-sasaran yang sama.hal ini diperlukan bila aturan dan prosedur
tidak dapat lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
2. Meningakatkan koordinasi potensial.
Untuk meningkatkan
koordinasi potensial menjadi diperlukan apabila terdapat banyak macam satuan
organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.Hal
ini dapat ditingkatkan melalui dua cara, yaitu :
a. Sistem
informasi vertikal.
Merupakan alat dimana
terdapat data yang disalurkan melalui berbagai tingkatan organisasi. Pada hal
ini komunikasi dapat terjadi melalui serangkaian perintah yang telah
terorganisasi. Sistem informasi ini telah dikembangkan oleh manajemen seperti
pada kegiatan pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional
untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi, dan
pengawasan.
b.
Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Melalui pemotongan
rantai perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan
dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Macam hubungan lateral,
seperti:
Ø
Kontak langsung antara individu-individu
yang dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
Ø
Peranan penghubung, yang menangani
komunikasi antar departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
Ø
Panitia dan satuan tugas. Panitia
biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur.
Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
Ø
Pengintegrasian peranan-peranan, yang
dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu
produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan
perhatian yang terus menerus dari seseorang.
Ø
Peranan penghubung manajerial, yang
mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang
diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian
tidak secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
Ø
Organisasi matriks, suatu mekanisme yang
sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
3. Metoda Pengurangan Kebutuhan akan
Koordinasi
Dibeberapa situasi kita
tidak dapat melakukan penambahan pengordinasian hal ini dikarekan kurang
efektif. Penambahan dapat digunakan apabila sebelumnya kita sudah membuat
penyediaan tambahan berbagai sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau
pengelompokkan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas dapat berdiri
sendiri.
v
Penciptaan berbagai sumber daya
tambahan. Penambahan sumber daya dalam hal ini meliputi : Penambahan tenaga
kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul
berkurang.
v
Penciptaan tugas-tugas yang dapat
berdiri sendiri. Penciptaan tugas ini sangat di perlukan guna mempermudah
pekerjaan selain itu Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatu
tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).
v
Memelihara Koordinasi . Apabila
koordinasi sudah berjalan dengan baik kita wajib untuk memeliharanya karena
tidak mudah untuk menciptakan kerjasama yang baik antar individu. Hal yang
harus diperhatikan adalah Mengadakan pertemuan resmi (unsur atau unit yang
harus dikoordinasikan), Mengangkat seseorang, tim, panitia (sebagai koordinator),
Membuat buku pedoman (berisikan penjelasan tugas masing-masing unit), Pimpinan/atasan
mengadakan pertemuan-pertemuan informal dengan bawahannya (pemberian bimbingan,
konsultasi, dan pengarahan).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian Koordinasi,
bahwa koordinasi merupakan keselarasan antara kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan didalam sebuah organisasi sehingga menciptakan kegiatan yang efiesien,
bersinergi, dan memiliki peluang untuk berhasil.
Menurut penjelasan
diatas dapat kami simpulkan bahwa, koordinasi mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi dan
didalamnya terdapat prinsip-prinsip dalam melakukan koordinasi. Jika koordinasi antar kelompok atau individu baik maka yang akan didapat
akan baik pula. Jika kurang koordinasinya maka hasilnya kurang memuaskan.
B.
SARAN
Koordinasi
merupakan sebuah aspek penting karena didalamnya terdapat sebuah komunikasi
untuk memberikan wewenang dari atasan kepada bawahan agar kegiatan-kegiatan
didalam organisasi tersebut berjalan dengan baik. Maka dari itu, diharapkan
bagi semua lini, baik lini atas maupun bawah. Lakukanlah koordinasi atau
pemberian wewenang terhadap masing-masing lini dengan baik. Bagi siapapun yang
memiliki jabatan yang strategis diharapkan dapat hadir diberbagai kegiatan yang
penting didalam sebuah organisasi. Karena, rapat merupakan sebuah kegiatan
untuk mendukung keberlangsungan kegiatan-kegiatan, agar terstruktur guna
mencapai hasil yang baik untuk merealisasikan tujuan dari organisasi tersebut.
Daftar Pustaka
Griffin, R. W. (2011). Fundamentals of Management
Sixth Edition.USA: Cengage Learning.
Ndraha, T. (2003). Kybernology 1 : Ilmu
Pemerintahan baru / Taliziduhu Ndraha. Jakarta: Rineka Cipta.
Kleinbaum, A. M., Stuart, T. E., & Tushman, M. L. (2008).Communication (and Coordination) in a Modern, Complex Organization. Coordination , 3.
www.pengertianpakar.com
Komentar
Posting Komentar